SEJARAH PERSAUDARAAN RASA TUGGAL
RM Soenito Reksohamijoyo merupakan Putra dari RM Tumenggung Soelaiman Suro Hamisastro Prawirodirjo yang tak lain Putra Pangeran Ronggo Prawirodirjo, salah seorang Adipati Madiun. Soenito merupakan sosok yang mencintai Seni dan Budaya. Berbekal ilmu yang didapatnya, dia lantas menciptakan Jurus dan Senam. Terdapat 28 Jurus dan 80 Senam, berbekal inilah Persaudaraan Rasa Tunggal Lahir pada Kamis Pon, 10 November 1955.
Senam dan Jurus Persatu tidak sama dengan beladiri perguruan pencak silat lain yang ada di Madiun dan disekitarnya, karena selain ilmu silat, didalam perguruan Persaudaraan Rasa Tunggal juga terdapat ilmu Tenaga Dalam. Ilmu Tenaga Dalam di Persatu disebut dengan Ilmu Kontak. Ilmu ini merupakan pasangan dari Ilmu Silat yang diberikan. Artinya Keduanya saling Melengkapi. Keduanya Wajib dipelajari setiap Warga Persaudaraan Rasa Tunggal.
Persatu Lahir dengan berbagai tujuan Mulia. Diantaranya, berlatih bersama untuk lebih meningkatkan rasa taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, melestarikan dan mengembangkan ilmu beladiri pencak silat sebagai warisan leluhur Bangsa Indonesia yang adi luhung, menggalang persatuan dan kesatuan diantara para warga Persaudaraan, melatih rasa percaya akan kemampuan diri pribadi, dan sebagai sarana olahraga untuk membentuk manusia yang kuat lahir batin yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Persaudaraan Rasa Tunggal berpedoman pada Ayat-ayat suci Al-Qur'an. Diantaranya, Ayat dalam Surat Al-Hujarat, Surat Al-Maidah, Surat Al-Mukmin dan lainnya. Tujuannya, membentuk watak para warga menjadi Pendekar yang Budiman.
Selain berpedoman pada Ayat-ayat Suci Al- Quran, Pencak silat Persatu juga berpedoman pada Laku Batin. Ini juga untuk membentuk watak warga Persatu yang berbudi Pekerti Luhur. Pedoman pecak silat Persatu untuk membakar sifat yang tercela, menghapus segala kebutuhan dari keinginan yang buruk, menenggelamkan diri dalam mengingat allah S.W.T, hanyut dalam arus kebajikan dan berani mengalah.
Anggota Persatu juga terikat pada janji yang disebut dengan Panca Janji Siswa. Yakni, Saling Mengikat Tali Persaudaraan Lahir Batin antar sesama Warga dan Siswa, Saling amat mengamati, menghindari perselisihan dan permusuhan lahir batin sesama warga dan siswa, selalu hormat menghormati dan selalu tegak berdiri digaris keadilan, serta menjunjung tinggi sifat kesatria demi mencapai martabat budi luhur, menjadi suri teladan yang baik dalam masyarakat dan berusaha untuk selalu menghindari segala bentuk perkelahian yang tidak perlu dan tidak menyombongkan diri atas kepandaian seni beladiri yang dimiliki, serta mentaati peraturan perguruan dan disiplin dalam latihan serta taat atas putusan pimpinan.
Tujuan beladiri Persaudaraan Rasa Tunggal bukan untuk pamer, melainkan murni untuk mencetak pribadi yang mulia dan berbudi luhur lahir batin dunia akhirat agar bisa berkembang secara alami.
Ilmu perguruan pencak silat Persaudaraan Rasa Tunggal terdiri dari empat tingkatan untuk siswa. Yakni, tingkatan merah, kuning, hitam dan putih. Tingkatan ini mengandung simbolis kemajuan moral watak kejiwaan seseorang, dari yang kurang baik menjadi baik.
Tingkatan Merah melambangkan jiwa seseorang yang masih dipengaruhi nafsu amarah. Watak yang masih senang berkelahi, permusuhan, ingin menang-menangan dan sok jagoan. Pada tingkatan ini siswa diatih untuk dapat menekan nafsu amarah tersebut serendah-rendahnya.
Tingkatan Kuning melambangkan jiwa seseorang yang masih dipengaruhi nafsu supiah. Nafsu yang masih senang mencampuri urusan orang lain, senang memiliki hak orang lain secara paksa dan lain-lain. Siswa pada tingkatan ini juga dilatih untuk menekan nafsu supiah serendah-rendahnya.
Tingkatan Hitam melambangkan jiwa seseorang yang masih dipengaruhi lauamah, nafsu ini memiliki watak suka boros, makan enak lagi banyak, pemalas dan pemabuk. Siswa wajib menekan dan meninggalkan nafsu-nafsu pada tingkatan ini demi mendapatkan nafsu mutmainah pada tingkatan putih.
Tingkatan putih melambangkan nafsu mutmainah, yakni memiliki sifat-sifat yang baik dan harus dikembangkan. Orang yang telah dapat mengembangkan nafsu ini merupakan orang yang dapat mengendalikan nafsu-nafsu yang jelek dan kotor yang berasal dari nafsu sebelumnya. Siswa yang lulus tingkatan ini berhak mengajukan diri untuk pengesahan sebagai warga sah yang disebut dengan sebutan warga pendekar. Moral Pendekar yang Budiman inilah yang menjadi idaman dan tujuan Persaudaraan Rasa Tunggal.
Menyandang status pendekar di Persatu bukan perkara mudah. Warga harus terus meningkatkan bekal latihan sewaktu masih ditingkatan merah, kuning, hitam dan putih. Pendekar harus menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang haqiqi. Berbuat baik pada diri sendiri, sesama manusia dan alam semesta. Dengan mengedepankan sifat-sifat pendekar yang budiman ini, diharapkan akan tercipta kedamaian minimal dilingkungan masing-masing.
sumber : wawancara langsung Guru Besar Persaudaran Rasa Tunggal RM Bagus Hary Soemardiantho ( Mas Gus ) di padepokan Persatu
Penulis : admin persatuponorogo.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar